Perahu Ukhwah

Kliqsis. Aku mulai memutar otak,mengingat kembali kapan Allah mempertemukan kami. Baru satu bulan kami saling mengenal (tolong ingatkan aku jika salah), waktu yang ternyata teramat singkat untuk dapat saling memahami dan mengerti, tapi tidak untukku (atau mungkin mereka). Satu bulan yang lalu aku tak tahu untuk apa, namun kini aku mengerti dan mensyukurinya.

Awalnya ku pikir ini akan berat, menghadirkan diriku di tengah-tengah mereka, seperti kau memasuki suatu pemukiman dan kau adalah pusat perhatiannya. Mata mereka tertuju padaku, menghujam tepat diantara paru-paru seakan menghentikan gerakannya memompa udara ke seluruh aliran tubuh. Mata-mata itu penuh tanya, "Siapa kau?" dan yang paling membuatku khawatir, mata itu seakan berteriak lantang "Apa yang dapat kau berikan pada kami", satu tatapan dari mata-mata penuh selidik dan haus, dan aku tak bisa menjawab, apalagi berjanji.

Kini, semua kecemasan itu hilang, berganti dengan satu rasa yang menyenangkan, persaudaraan. Rasa dimana segala sekat seakan terangkat dan hilang dari pandangan. Satu rasa dimana kelemahan terkalahkan oleh kebersamaan yang menyatukan hati serta tujuan. Dan, satu rasa dimana ketakutan berubah menjadi keberanian untuk menatap dunia dan berteriak lantang "Kami siap". Satu rasa yang sungguh aku syukuri.

Saat-saat bersama mereka menjadi saat-saat yang membahagiakan. Berbagi tawa bersama saat segala tingkah mengundang kocak. Berbagi sedih ketika luka menghampiri walau hanya salah satu dari kami. Kami pun berbagi ide dan solusi saat pelik bertandang, mengeluarkan pemikiran bersama.

Tak ada waktu yang terbuang saat bersama mereka, semua dilalui dalam naungan kemanfaatan. Hal sepele yang kami lakukanpun menorehkan manfaat. menyusun agenda-agenda bersama tanpa ada batasan tua dan muda. Satu pertalian yang mulia, di dasarkan pada pilar yang mulia pula, tonggak ukhuwah.

Memandang mereka membawaku kembali ke masa-masa itu, masa dimana diri dipupuk untuk menggali potensi, memberikan yang terbaik dalam tiap karya, dan berpikir jernih sebelum bertindak. Masa saat pertama aku mengecap manisnya persaudaraan dalam balutan keimanan, yang kini menjejalkan sayang dan rindu yang membuncah. Mereka seolah cermin, berdiri tegak di depanku, menyapa dan (terkadang) mengkritik.

Dalam kebulatan tekat aku berjanji, kan ku kayuh perahu ukhuwah ini ke muara nan damai, sejuk dan menentramkan. Muara dimana orang-orang saling berkasih sayang membangun rumah-rumah ukhuwah mereka. Muara dimana mereka yang saling merindukan bertemu dan saling merangkul penuh kehangatan. Muara dimana kedekatan hati seakan menjadi satu dan saling mengisi...




Untuk saudara-saudaraku : Rendi, Satria, Ilham, Sandi, Abdul, Dedek, yang bersama mereka perahu ini akan ku kayuh ke muara itu...dan kini.. kita memiliki saudara baru Fikry

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Segala yang Baik dari Ilmu - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger